![]() |
Andi Akmal Pasluddin. Foto: Istimewa |
INILAHPOS.com - Perum Bulog telah mengimpor 2,5 juta ton beras dari Thailand dan Vietnam sebagai langkah strategis untuk memastikan ketersediaan stok beras nasional.
Impor ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai potensi kekurangan yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim, gagal panen, atau gangguan distribusi dalam negeri. Hal ini disampaikan oleh Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Epi Sulandari.
Dalam pernyataannya, Andi Akmal Pasluddin, anggota Komisi IV DPR RI, menyampaikan pandangannya mengenai kebijakan impor beras ini.
“Langkah impor yang dilakukan Bulog memang penting untuk menjaga stabilitas stok dan harga beras di pasaran. Namun, kita harus memastikan bahwa kebijakan ini tidak merugikan petani lokal dan sektor pertanian dalam negeri dalam jangka panjang,” ujar Pria kelahiran Bone ini.
Bulog juga aktif menyerap gabah dari hasil panen lokal. Hingga saat ini, Bulog telah menyerap sekitar 768.716 ton beras dari petani lokal. Penyerapan ini merupakan langkah penting untuk mendukung sektor pertanian dalam negeri, memberikan harga yang layak kepada petani, serta meningkatkan pendapatan mereka.
“Kita perlu memastikan bahwa petani mendapatkan dukungan yang cukup, baik dari segi harga maupun fasilitas produksi, agar mereka tetap semangat dalam meningkatkan produksi beras lokal,” tambah Andi Akmal.
Namun, langkah impor ini tidak lepas dari kritik. Ketergantungan pada impor beras dapat mengganggu harga pasar domestik dan menurunkan insentif bagi petani lokal untuk meningkatkan produksi. Andi Akmal Pasluddin menekankan pentingnya kebijakan yang seimbang.
“Kita harus fokus pada peningkatan produksi beras lokal melalui berbagai inisiatif seperti perbaikan infrastruktur irigasi, peningkatan akses terhadap teknologi pertanian modern, dan penyediaan subsidi pupuk yang tepat. Investasi dalam riset dan pengembangan varietas padi yang tahan terhadap perubahan iklim juga menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas pertanian dalam jangka panjang,” ungkap Anggota Badan Anggaran DPR ini.
Lebih lanjut, Politisi PKS ini menyoroti pentingnya diversifikasi pangan.
“Kita perlu mengurangi ketergantungan pada beras dengan mendorong konsumsi dan produksi jenis-jenis pangan lain. Selain itu, pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan menciptakan lapangan kerja baru,” jelasnya.
Dalam penutupnya, Andi Akmal Pasluddin menegaskan bahwa pemerintah harus terus mengembangkan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mencapai ketahanan pangan nasional.
“Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor beras, memperkuat sektor pertanian dalam negeri, dan mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan,” tutupnya.