Airlangga Mundur, Gibran Masuk: Politik Golkar Sehangat Kopi Hitam di Gowa
Cari Berita

Iklan Atas

iklan

Airlangga Mundur, Gibran Masuk: Politik Golkar Sehangat Kopi Hitam di Gowa

inilahpos
12 Agustus 2024

Airlangga Hartarto 


Penulis Arfandi Palallo_ pegiat Literasi Gowa 


Di tengah hangatnya perbincangan mengenai mundurnya Airlangga Hartarto, masyarakat Kabupaten Gowa Sulsel, dengan gaya khasnya, terus memaknai setiap perkembangan politik dengan cerdik dan penuh humor.


Bagi mereka, politik bukan hanya soal perebutan kekuasaan, tetapi juga permainan strategis yang harus dinikmati sambil terus mengikuti perkembangan dengan mata tajam dan pikiran kritis.


Saat malam tiba dan jalanan mulai sepi, diskusi di warung kopi tetap berlanjut. 


"Lihatmi itu, meme Gibran sudah beredar di mana-mana. Siapa sangka anak presiden bisa jadi Ketua Umum Golkar?" kata seorang pria setengah baya sambil menyeruput kopinya.


"Kalau benar dia jadi Ketua Umum, bisa jadi ini strategi Jokowi untuk tetap punya pengaruh kuat setelah dia turun dari kursi presiden," tambahnya dengan nada penuh spekulasi.


Seorang pemuda di sebelahnya langsung merespons,


"Iye, itu namanya cerdas, bos! Jangan-jangan ini semua sudah diatur, seperti main catur, setiap langkah sudah dipikirkan jauh-jauh hari."


Gelak tawa pecah ketika seseorang mengomentari flyer Gibran yang beredar. 


"Kalau nanti Gibran jadi Ketua Umum Golkar, kita bisa bilang, 'Tauwa, Golkar sekarang punya ketum yang lebih fresh, seperti coto Begadang, makin malam makin enak!''candanya, menciptakan suasana hangat di tengah malam. 


Meski diselingi tawa, semua tahu bahwa di balik canda itu tersimpan kekhawatiran—apakah perubahan ini akan membawa perbaikan, atau justru membawa Golkar ke arah yang tak terduga?


Namun, di tengah semua spekulasi dan guyonan, masyarakat Gowa juga menyadari satu hal: apapun yang terjadi di Golkar, dampaknya akan terasa sampai ke pelosok negeri. 


Mundurnya Airlangga Hartarto mungkin membuka jalan bagi perubahan besar dalam tubuh Golkar, dan juga bisa mengubah peta politik nasional secara keseluruhan.


"Inilah politik, saudaraku,"kata seorang tetua dengan bijak. 


"Kadang kita merasa mengerti, tapi selalu ada kejutan di setiap tikungan. Jadi, kita nikmati saja dulu, sambil tetap waspada."


Ketika warung kopi mulai tutup dan lampu-lampu padam satu per satu, diskusi pun berakhir dengan kesimpulan yang sederhana namun penuh makna: 


"Apa pun yang terjadi, kita tetap siap, siap tertawa, siap berpikir, dan siap bertindak. Karena politik, sama seperti hidup, adalah perjalanan yang harus dijalani dengan kepala dingin, hati terbuka, dan sesekali, senyum lebar."


Masyarakat Gowa, dengan segala kearifan lokalnya, terus mengikuti setiap perkembangan politik dengan cara mereka sendiri—santun, cerdas, dan penuh humor. 


Mereka tahu bahwa drama politik ini masih panjang, dan apa pun yang terjadi, mereka siap menghadapi babak berikutnya dengan sikap yang sama: waspada namun penuh tawa, kritis namun tidak kehilangan optimisme. Dan di atas segalanya, mereka tahu bahwa di balik setiap peristiwa, selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dan dinikmati.


Warkop Start, 11/08/2024