![]() |
| Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKB, Hindun Anisah. (Foto: Istimewa) |
INILAHPOS.com - Rencana investasi Rp20 triliun di sektor peternakan ayam oleh perusahaan Danantara kembali memunculkan sorotan terhadap ketimpangan tata niaga unggas nasional.
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKB, Hindun Anisah, menilai bahwa persoalan utama bukan pada besar kecilnya investasi, melainkan kesiapan sistem yang mengatur ekosistem usaha unggas di Indonesia.
Hindun menegaskan pemerintah perlu berhati-hati terhadap investasi yang dapat memperkuat dominasi korporasi unggas. Menurutnya, masuknya investasi dalam jumlah besar berisiko menciptakan struktur pasar yang tidak seimbang.
“Peternak kecil, terutama yang baru memulai usaha, bisa tergerus sebelum mereka berkembang,” ujarnya, Jumat (14/11/2025).
Ia mengatakan pengkajian ulang perlu memastikan investasi tersebut tetap memberikan ruang bagi peternak berskala kecil. Selama ini, peternak mandiri dinilai kesulitan bersaing dari sisi harga, akses pasar, dan efisiensi ketika berhadapan dengan perusahaan besar.
“Peternak pemula berada dalam posisi paling rentan karena belum memiliki modal kuat, jaringan distribusi, maupun daya tawar,” kata Hindun.
Hindun juga menyoroti potensi kelebihan pasokan yang dapat terjadi jika kapasitas produksi meningkat drastis. Overcapacity, menurutnya, merupakan masalah kronis industri unggas dan sering berujung pada penurunan harga ayam hidup yang paling memukul peternak kecil.
“Mereka tidak punya bantalan modal untuk bertahan ketika harga jatuh,” ujarnya.
Legislator dari Dapil Jateng II ini menegaskan pihaknya tidak menolak investasi, namun meminta jaminan agar investasi tidak menimbulkan ketidakadilan pasar.
“Investasi harus memperkuat peternak rakyat. Sebelum menerima investasi besar, pemerintah wajib memastikan tata niaga unggas berjalan adil dan tidak memunculkan potensi monopoli,” katanya.


