INILAHPOS.com - Di sebuah kampung bernama Boja, Dusun Sapaere, Desa Puncak, Kecamatan Sinjai Selatan, terhampar kisah tentang seorang remaja bernama Nikita (14).
Anak yatim piatu itu sempat dikabarkan putus sekolah setelah duduk di bangku kelas IX MTs Sabillal Muhtadin. Kabar itu sempat membuat hati banyak orang terenyuh, namun juga mengundang perhatian serius dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai.
Pada Rabu (1/10/2025), Kepala Dinas Pendidikan Sinjai, Irwan Suaib, memilih untuk tidak hanya menerima laporan di atas meja. Ia turun langsung menapaki jalan-jalan kampung, menyambangi rumah sederhana Nikita untuk memastikan kabar itu.
Ternyata, cerita yang berkembang tidak sepenuhnya benar. Dari hasil penelusuran, Nikita bukanlah anak yang putus sekolah. Ia masih tercatat sebagai siswi aktif, bahkan penerima Program Indonesia Pintar (PIP). Namun, jarak tempuh dari rumah ke sekolah yang cukup jauh membuatnya beberapa kali tidak hadir mengikuti pelajaran.
Sebelum menuju rumah Nikita, Irwan Suaib lebih dulu menggelar pertemuan dengan para kepala sekolah dan guru se-Desa Puncak di SD Negeri 45 Lempangan. Diskusi itu membahas banyak hal, mulai dari persoalan akses, sarana pendidikan, hingga strategi pencegahan angka putus sekolah.
Kunjungan kemudian berlanjut ke MTs Sabillal Muhtadin. Di sinilah Irwan mendengar langsung penjelasan pihak sekolah tentang kondisi Nikita. Bahwa sebenarnya, ia hanya terhambat oleh faktor jarak, bukan karena kehilangan semangat belajar.
Didampingi Kabid Pembinaan Ketenagaan Abdul Wahid Latif, Korwil Pendidikan Sinjai Selatan Firman, Babinsa Desa Puncak Serda Johny, serta perangkat desa setempat, Irwan akhirnya tiba di rumah Nikita. Suasana hening bercampur haru terasa ketika rombongan duduk bersama mendengarkan keluh kesah sang anak.
“Kami turun langsung ke lapangan untuk mendengarkan kendala yang dihadapi siswa. Ini bagian dari ikhtiar agar anak-anak seperti Nikita tidak kehilangan semangat melanjutkan sekolah,” ucap Irwan.
Ia menambahkan, tidak boleh ada satu pun anak di Sinjai yang kehilangan haknya atas pendidikan. Bagi Irwan, pendidikan adalah pintu utama menuju masa depan, dan pemerintah wajib menjaga pintu itu tetap terbuka bagi semua.
“Kami berkewajiban mengupayakan agar seluruh anak tetap bersekolah dan tidak kehilangan haknya untuk belajar. Tidak boleh ada satu pun anak Sinjai yang tertinggal dari pendidikan,” tegasnya.
Pendekatan persuasif yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Di hadapan Kadisdik dan rombongan, Nikita menyatakan kesiapannya untuk kembali aktif bersekolah. Tekad itu seolah menyalakan kembali cahaya di wajah gadis belia tersebut.